Novel Assalamualaikum Beijing ditulis
oleh Asma Nadia yang menceritakan tentang kisah Dewa dan Ra yang menjalin
hubungan kasih sejak duduk di bangku kuliah, dan tinggal selangkah lagi menuju
gerbang pernikahan. Namun satu kekhilafan Dewa bersama Anita, rekan kerjanya
yang memang telah lama jatuh hati padanya, membuat rencana indah itu harus
buyar selamanya, dan Dewa terpaksa menikahi Anita yang hamil akibat kekhilafan
tersebut. Namun sudah sekian lama dewa menjadi suami anita tetap saja Dewa
masih mencintai Ra. Tapi Ra sudah mempunyai cowok yang siap untuk menikahinya
dan akhirnya Ra hidup bahagia bersama suami pilihanya bernama zhoghwen.
Nah, dari sinopsis singkat tersebut
dapat kita simpulkan bahwa tema dalam cerita ini ialah kesabaran dalam menerima
segala macam cobaan hidup termasuk pengkhianatan cinta, penyakit, rumah tangga,
cinta segitiga, dan keimanan. Adapun tokoh dalam cerita ini ada Dewa, Asmara,
Sekar, Zhoghwen, Ridwan, dan Anita. Dimana dalam tokoh Dewa ini mempunyai sifat
tidak peduli dan dingin terhadap istri, egois, kasar, ambisius. Hal ini
disebabkan karena Dewa tidak mencintai Anita seperti Dewa mencintai Asma,
itulah yang menyebabkan sikap dingin, acuh tak acuh yang diberikan Dewa
terhadap Anita. Hal ini dapat kita buktikan dalam kutipan novel dihalaman 117 “sikap tak acuh dan tak peduli yang di tujukannya
kepada sang istri, di awal-awal mungkin bisa di maklumi”. Yang kedua dihalaman
118 “namun, sikap dewa tetap dingin, dan
tidak peduli. Bahkan tidak mau terlibat setiap pemeriksaan kandungan”. Yang
ketiga dihalaman 120 “anita ingin protes,
tetapi menurut ibunya, biarkan lelaki merasa benar. Egoisnya memang begitu
lihat saja bapak”. Yang keempat dihalaman 120 “kamu minta aku peduli akan anak, yang bahkan belum tentu darah daging
aku?”. Yang kelima dihalaman 219 “menurut
bayu, sahabatnya bagai orang ambisius yang kehilangan akal, sehingga apapun di
lakukan , termasuk menceraikan istri setelah anak mereka lahir”.
Kemudian ada tokoh yang bernama Asma
dimana dia mempunyai sifat yang tegar, mandiri, ceroboh, kuat, tabah. Hal ini
disebabkan karena Dewa telah mengkhianati hati Asma sehingga Asma menjadi sosok
yang tegar, kuat, dan tabah dengan apa yang telah terjadi semuanya didalam
kehidupan Asma. Hal ini dapat kita buktikan dalam kutipan novel dihalaman 77 “benar dirinya patah hati, terluka, sakit.
namun, rasa sakit akan menguatkan seseorang menampaki hidup”. Yang kedua
dihalaman 104 “kebalikan dari Ra yang
mandiri dan terkesan tak membutuhkan siapa-siapa”. Yang ketiga dihalaman 15
“ya, asma dengan kecerobohan kecilnya
menghilangkan kartu nama itu, bahkan sebelum sampai di penginapan”. Yang
keempat dihalaman 129 “dia belum pernah
melihat putrinya yang tegar menahan perasaan seperti sekarang ini”. Yang
kelima dihalaman 268 “lapis demi lapis
ketegarannya telah dibangunnya susah payah”. Yang kelima dihalaman 210 “Asma tak ingin kehilangan keyakinan,
walaupun berulang-ulang suntikan heparin harus di terima, hingga kulitnya
berlebam biru-biru di mana-mana”. Yang keenam dihalaman 242 “Ketabahan Asma sungguh meringankan mama
maupun sekar”.
Selanjutnya ada tokoh yang bernama
sekar. Dia mempunyai sifat yang keras kepala hal ini bisa kita buktikan
dikutipan novel halaman 158 “sekar yang
keras kepala menggeleng. menurutnya rindu adalah awal dari cinta dan cinta
merupakan gerbang keinginan untuk menikah dan menghabiskan hidup bersama
seseorang”.
Terus ada tokoh yang bernama Zhongwen,
dimana dia mempunyai sifat yang jujur dan teguh terhadap pendiriannya. Hal ini
dapat kita buktikan di dalam kutipan novel dihalaman 99 “keberuntungan bertemu kembali dengan gadis yang di hadapanya, tidak
boleh rusak dengan satu ketidakjujuran. I’d love you, but it’s only open to
muslims”. Kutipan kedua dihalaman 148 “Zhongwen
megang teguh prinsip itu. Seorang lelaki menuntutnya telah kehilangan
kehormatan ketika kata-katanya tak bisa laki dipertanggungjawabkan”.
Kemudian ada tokoh bernama Ridwan. Dimana
dia memiliki sifat yang baik, dan peduli. Hal ini dapat kita buktikan langsung
dikutipan novel halaman 160 “sekar
termasuk dari yang sedikit itu. Suaminya masih sama, bukan pribadi romantis
seperti aktor-aktor drama korea yang di gandrungi sahabtnya. Namaun, dia baik
dan peduli . selama Asma sakit, mas ridwan pula yang bertindak seperti abang
tertua”. Dan terakhir ada Anita. Dimana tokoh Anita ini dia memiliki sifat
yang sabar, cemburu, dan baik. Hal ini dapat kita buktikan langsung dihalaman
104 “benar, perempuan itu mencoba
melayaninya dengan baik”. Kutipan kedua dihalaman 105 “mungkin apa yang di lakukan Anita cocok untuk suami-suami lain yang
senang istrinya jungkir balik melayani”.
Kutipan ketiga dihalaman 117 “kandungannya
sudah seamakin besar. Namun, dewa tak pernah peduli”. Kutipan keempat
dihalaman 120 “cemburu berat menguras
kesabaran anita, semakin akut seiring kandungan yang kian tua”. Jadi dapat kita
simpulkan bahwa penokohan yang ada disetiap tokoh tampak jelas dalam kutipan-kutipan
didalam novel ini.
Selanjutnya kita dapat mengetahui
setting atau latar tempat dalam novel ini yang pertama di Halte. Hal ini dapat
kita buktikan langsung dihalaman 4 “senja
mulai turun. Sekitar halte makin sepi. satu-dua pedagang asongan yang mangkal
mulai memberesi dagangannya.”. hal ini disebabkan karena malam akan segera
tiba, tentu saja apabila magrib telah tiba suasana dihalte akan semakin sepi
jika semakin malam. kedua di Beijing. Hal ini dapat kita buktikan juga
dihalaman 25 “ada tanda emoticon mungil
berwarna merah mewakili kemarahan sekar saat mereka chatting, pada malam
pertama Asma di beijing”. Kemudian dihalaman 28 “dari terminal Deshengmen di pusat kota beijing, yang akan membawa
wisatawan ke bangunan ke banggaan rakyat china itu”. Dari kutipan ini
terlihat jelas bahwa latar tempat yang digunakan adalah Beijing. Ketiga di The
Great Wall. Hal ini dapat kita buktikan dihalaman 55 “perjalanan ke the great wall di laluinya hanya dengan berteman kamera”.
Keempat di The Forbidden City. Hal ini juga bisa kita buktikan dalam kutipan
novel dihalaman 69 “bayangan itu tak
melintas dalam pandangan. Tetap tidak terlihat sekalipun dia meneruskan
pencarian ke the forbidden city”. Kelima di Masjid Niujie. Hal ini dapat kita
buktikan dihalaman 95 “di depan pintu
gerbang area masjid, dia menemukan gadis yang di carinya”. Dan terakhir
latar tempat dinovel ini ada di rumah sakit. Hal ini dapat kita buktikan
didalam kutipan novel halaman 128 “sementara
mas ridwan mengikuti langkah dokter untuk mencari informasi selanjutnya”. Kemudian dihalaman 129 “seminggu di rumah sakit, maa dan sekar bergantian menemani”.
Selanjutnya dihalaman 207 “di ranjang
putih Asma menatap mama yang terlelap di sisinya”. Dihalaman 311 “lelaki itu menatap langit-langit putih rumah
sakit, menikmati hening di sekeliling”. Dan dihalaman 225 “saat memandangi mama yang menemaninya di
rumah sakit”.
Selanjutnya latar waktu, dimana waktu
yang digunakan dalam novel ini ada siang, senja, sore dan malam. Disini dapat
kita buktikan langsung dalam kutipan yang menunjukkan bahwa pada saat itu waktu
menunjukkan pagi hari ada di halaman 36 “paginya,
dengan wajah lesu Dewa berjalan meninggalkan rumah Anita”. Kemudian dihalaman
157 “puncaknya pagi ini gadis itu
merasakan dadanya sakit”. Kalau waktu senja ada dihalaman 6 “senja menjelang malam. Dewa masih
menundukkan wajah dalam, seperti menahan tangis”. Kalau sore hari bisa kita
lihat dihalaman 112 “sebelumnya, sepulang
dari masjid Niujie, sorenya mereka menyusuri Hutong”. Dan dihalaman 269 “hanya lelaki yang duduk di sisinya sore itu
di dalam bus yag tampak gembira seakan nama gadis itu unik dan mengingatkannya
pada sesuatu yang sangat berarti”. Dan terakhir latar waktu pada novel ini
juga terdapat di malam hari. Hal ini dapat kita lihat dihalaman 12 “asma membuka mata lebar-lebar, encoba
menerobos gelap malam mulai membentang”. Kemudian dihalaman 27 “Asma mengembus nafas. malam semakin larut”.
Selanjutnya dihalaman 29 “pukul 23.30
malam. Dengan hati-hati , Asma meletakkan kamera DSLR yang lensanya baru dia
bersihkan di sisi ranjang”. Kemudian dihalaman 206 “makan malam terhidang”. Dan terakhir dihalaman 311 “sepanjang malam mencoba mengucapkan sedikit
doa yang dihafalnya”.
Kemudian ada latar suasana, dimana
suasana yang digunakan dalam cerita tersebut ada yang sepi, bahagia, cemas,
kesal, tersakiti, gelap, perih, dan sedih. Hal ini dapat kita buktikan dalam
kutipan di halaman 1 yang menggambarkan latar suasana didalam novel tersebut
terasa sepi adalah “suasana halte saat
akhir pekan tidak terlalu ramai. hanya satu dua mahasiswa tampak menunggu bus”.
Kutipan selanjutnya dihalaman 229 “suasana
sekitar sepi. Hanya terdengar langkah-langkah pesawat, mungkin satu dua keluarga
pasien yang menunggui”. Kemudian suasana yang bahagia dapat kita buktikan
dihalaman 58 “Asma nyaris bersorak.
Bahagianya mungkin mengalahkan para pendaki gunung”. Ada juga suasana yang
digambarkan dalam bentuk kecemasan yang bisa dibuktikan dihalaman 107 “letih rasanya menghadapi berbagai kecemasan
dan prasangkanya”. Kutipan kedua halaman 129 “ada kecemasan yang ingin di hindari, tetapi sulit diusir dari benak”.
Kemudian suasana kesal. Dapat kita lihat dihalaman 117 “ perempuan cantik itu melengkuh kesal”. Selanjutnya ada juga suasana
yang bisa dikatakan tersakiti. Hal ini dapat kita buktikan dihalaman 137 “ luka yang di torehkan lelaki itu begitu
dalam, sehingga perlu waktu lama sebelum dia berdamai dengan segudang
kemarahan, kekecewaan yang begitu banyak why yang tak menemukan jawaban”.
Dan terakhir ada suasana yang gelap. Hal ini dapat kita buktikan dihalaman 141
“suasana gelap, diruangan tempat dia
berbaring tak ada siapa-siapa”. Kedua dihalaman 228 “perempuan itu membaringkan tubuhnya di sebelah sisi ranjang anaknya.
Mereka lalu berpegangan tangan dalam gelap”. Ketiga dihalaman 267 “membuat langit mendadak gelap dan angin
bertiup kencang”. Dan terakhir suasana yang menyedihkan. Hal ini dapat kita
buktikan dihalaman 227 “perasaan sedih
tiba-tiba menelusup”. Kedua kutipan dihalaman 264 “ kehilangan rumah, dan orang-orang yang dia cintai. Kesedihan itu pasti”.
Kutipan ketiga dihalaman 285 “sesuatu
memukul-mukul batin dewa. Kecewa, sedih, marah. Entahlah.” .
Dan terakhir ada latar ruang. Dimana
dalam novel ini ada terdapat dipenginapan, rumah, kamar tidur, dan kamar mandi.
Hal ini dapat kita buktikan langsung dalam kutipan novel dihalaman 30 yang
menunjukkan latar ruang yang digunakan ada dipenginapan “ penginapan sederhana yang AC-nya terlalu dingin membuat Asma merapatkan
jaket”. Kemudian ada latar ruangnya di rumah. Hal ini dapat kita buktikan
dihalaman 35 “Anita yang berusan masuk
kamar, keluar dengan pakaian tidur”. Kemudian di kamar tidur. Hal ini dapat
kita lihat langsung dihalaman 117 “Anita
bangkit dari posisi tidurnya mendekatkan wajah ke arah dewa yang berbaring
memunggungi”. Dan terakhir di kamar mandi. Hal ini juga dapat kita lihat
dihalaman 157 “sekar yang sedang menonton
drama seri korea di kamar gadis itu, kaget menemukan sahabatnya terduduk di
kamar mandi tampak kesakitan sambil terus memegangi dada sebelah kiri”. Jadi,
dapat kita simpulkan bahwa dari setiap kutipan-kutipan di atas tampak jelas
latar tempat, waktu, suasana, dan ruang yang digunakan dalam novel tersebut.
Selanjutnyaa alur yang digunakan adalah
alur maju karena terlihat dari ceritanya yang pada awalnya seperti menceritakan
dua tokoh tetapi ternyata itu adalah satu tokoh. Sedangkan sudut pandang yang
digunakan adalah sudut pandang orang ketiga pelaku utama dimana dalam novel
Assalamualaikum Beijing tokoh utama dari novel ini adalah Asma. Kemudian dalam
novel ini menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca,
sehingga pembaca tidak kesulitan dalam mencerna kalimat-kalimat disetiap
babnya. Dan terakhir amanat yang disampaikan oleh pengarang melalui novel Assalamualaikum
Beijing ini adalah tetaplah selalu sabar dan ikhlas karena Allah Swt. Dan
jangan mudah menyerah dalam menghadapi segala macam cobaan yang ada.
Itulah hasil kritik
objektif yang saya dapatkan berdasarkan unsur intrinsik dalam novel Assalamualaikum
beijing karya Asma Nadia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar