Kamis, 23 Maret 2017

Cinta Batik Cinta Indonesia



Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia.  Peninggalan dari nenek moyang masyarakat jawa yang satu ini, bahkan sudah dinobatkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity), sejak 2 Oktober 2009 lalu yang kini dikenal sebagai Hari Batik Nasional.

Sebenarnya batik ini berasal dari bahasa Jawa yang tersusun atas dua kata yaitu “Amba” yang mempunyai arti “menulis” dan kata “titik”. Istilah batik ini merujuk pada kain dengan corak bahan. Pada zaman dahulu  tapatnya pada abad XVII, corak bahan yang di hasilkan pada umumnya adalah corak binatang dan tanaman dengan menggunakan daun lontar. Namun, seiring bergulirnya waktu, corak batik beralih pada corak yang bermotif abstrak yang menyerupai awan, relief, candi, wayang beber dan lainnya dan media yang digunakannya pun beralih menggunakan bahan kain putih hasil tenunan sendiri.

Saat ini lebih kurang 50 jenis motif batik di Indonesia sudah ada dan sudah tersebar di seluruh mancanegara seperti batik Ceplokan, Karaton, Sidoluhur, Jepara, Kawung, Lereng/Liris, Tumpal, Sekar Jagat, Meru, Gurda, Parang Rusak Barong, Parang Kusuma, Udan Liris, Truntum, Slobog, Tambal, Ciptoning, Pari Kesit, Ondel-ondel Betawi, Sido Drajad, Sido Mukti, Cuwiri, Nitik Karawitan, Burung Huk (Burung Merak), Parang Atau Lereng, Mega Mendung, Semen Rama, Semen Ageng, Abstrak, Buketan, Sidomukti Magetan, Solo, Pekalongan, Malang, Tasik, Rasamala, Sasambo, Pala Cengkeh, Kain Cual Bangka, Toraja, Bali, Tuban, Cirebon, Pintu Aceh, Bengkulu, Jambi, Sudagaran, Pringgondani, Sido Angrem, dan terakhir batik Manggara.

Batik-batik tersebut mempunyai ciri khas masing-masing. Begitulah keanekaragaman yang ada di Indonesia, kita sebagai masyarakat indonesia seharusnya lebih mencintai produk dalam negeri khususnya batik yang merupakan warisan para leluhur sebagai bukti kita mencintai negara kita sendiri yaitu indonesia.

Nah, demikianlah pemaparan saya mengenai batik di Indonesia. Mari kita lestarikan warisan nenek moyang bangsa Indonesia ini dengan terus memperkenalkannya pada anak cucu kita nanti.























*        Bagian tugas mata kuliah menulis kritik dan essai.

Mengenal Praktikum Sastra Lebih Dekat



Sebelumnya apakah kalian semua tahu apakah Praktikum Sastra itu? Bagaimana sejarah berdirinya Praktikum Sastra itu? Dan apakah sekarang Praktikum Sastra tu masih tetap di lestarikan?

Nah, dari semua pertanyaan-pertanyaan di atas akan saya bahas di sini.

            Sebenarnya Praktikum Sastra itu adalah acara tahunan sastra pertama di Riau yang lahir sejak setengah abad lalu. Dinilai menjadi salah satu barometer perkembangan sastra di Riau. Dilaksanakan secara independen oleh mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Riau. Kegiatan ini berawal dari keresahan para sastrawan,antara lain Dasri al Mubary, Al Azhar, Syafruddin Saleh Sei Gergaji, TemulAmsal, dan lain-lain.

Kurangnya kegiatan sastra dan budaya yang dapat dijadikankomprehensif kemajuan sastra di Riau, khasnya di Pekanbaru. Mereka berkumpuldan berdialog di bawah pohon akasia kampus UNRI Gobah (pohon ini sudahtumbang) kemudian melahirkan sebuah pikiran untuk membentuk wadah yangrepresentatif yang diberi nama “Sanggar Bahasa dan Sastra (Batra)”. Ide kegiatanini ternyata tidak berjalan lama, antara lain karena tidak fokusnya acara dankesibukan dengan kegiatan senat mahasiswa. Tidak puas dengan keadaan tersebutpara penggiat sastra ini berkumpul lagi di rumah Eriyati Jamal di jalan TerataiPekanbaru dan melahirkan gagasan spektakuler melaksanakan yang lebih fokusdunia sastra dan teater yakni yang diberi nama “Praktikum Sastra”.

Dalam pertemuan tersebut adanya keinginan besar melaksanakan kegiatanterutama di dalam berteater, terutama adanya beberapa episode bentuk baru teatermodern kontemporer yang mulai merasuki mahasiswa pada kampus kuning itu.Sebelumnya, aktivitas-aktivitas drama tidak bisa menafikan produk yangdihadirkan oleh Tengku Mulya Amril (Temul Amsal) sudah sejak lama denganproduk drama klasiknya tetap mengambil posisi berdiri sendiri dan akhirnyamenjadi oposisi terhadap kehadiran teater modern yang muncul denganmenggebu-gebu oleh Dasri, Al azhar, dan Syafruddin Saleh Sei Gergaji. Dengandukungan moral yang kuat dari Dra. Saidat Dahlan, di sampaikan gagasan untuk melaksanakan kegiatan yang melibatkan lebih banyak orang dan berguna bagipeningkatan profesionalisme mahasiswa, yaitu untuk melaksanakan kegiatanpertama sekali disebut dengan “Praktikum Sastra”.

Kegiatan ini terlaksana pada14 Februari 1980. Ketua pelaksana kegiatan pertama ini diamanahkan kepada Alazhar dengan melibatkan semua mahasiswa yang haus akan pengalaman danpenimbangan ilmu praktis seperti ini. Orientasi kegiatan diarahkan pada diskusisastra dan teater. Tercatat pemakalah pada waktu itu ialah sastrawan Ediruslan PeAmanriza dengan pembanding akademisi Drs. UU Hamidy dan seorangmahasiswa. Kemudian, Idrus Tintin dengan makalah “Teater Modern di Riau”.Kegiatan praktikum sastra yang pertama ini di fokuskan kepada pembacaan sajaksaja “Verstehen, Nahu”. Berangkat dari keinginan yang sama saling “memahamimakna kehendak dilandasi oleh niat yang sama” untuk lebih memahami maknadunia, maka kehadiran praktikum sastra itu dipandang cukup relevan dijadikankegiatan ekstrakurikuler mahasiswa sastra, FKIP Universitas Riau.

Tahun ajaran1981 kegiatan ini di undur pelaksanaannya, yang semestinya bulan Februarimenjadi bulan April sekaligus menyemarakkan kegiatan peringatan “Wafatnya i Penyair Khairil Anwar” yang juga kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun. Untukpraktikum sastra berikutnya dilaksanakan pada bulan April 1982. Pada tahun-tahun berikutnya dilaksanakan pada bulan Oktober dan disatukan dengan bulanbahasa sehingga namanya berubah menjadi Praktikum Bahasa dan Sastra.Penambahan kegiatan dari praktikum ke praktikum sering terjadi, dari yangsemula  kegiatan sastra, lalu ditambah pada lomba baca sajak untuk SD dan SMP.

Sedangkan kegiatan diskusi sastra tetap merupakan acara pokok yang tidak dapatditinggalkan karena hal itu dipandang amat mendukung pemahaman teorisasi dan apresiasi kesusastraan. Barulah pada kegiatan ke-3 ada koordinasi yang cukup baik dari beberapaorang yang dipandang kreatif di kampus. Pada praktikum sastra ke-3 bergabunglah Temul Amsal secara penuh, kemudian sastrawan nasional TaufikIkram Jamil. Kegiatan yang mengumpulkan karya yang dipandang kreatif dalampenulisan puisi, dilaksanakan pertama sekali pada praktikum sastra ke-2 dalambentuk “antologi sajak” yang berisi tiga orang penulis puisi yakni: Dasri alMubary, Al Azhar, dan Syafruddin Saleh Sei Gergaji.

Kegiatan koleksi tahunanmahasiswa ini terus meningkat. Jumlah kegiatan telah pula bertambah, antara lain:lomba baca puisi untuk SD (putra dan putri), SMTP (putra dan putri) dan SMTA, lomba pidato untuk SMTP dan SMTA, lomba baca puisi untuk umum danperguruan tinggi, mendongeng untuk umum, berbalas pantun khusus mahasiswaPSPBSI, visualisasi puisi untuk umum, pantomim untuk umum, dan diskusi sastrayang diperuntukkan bagi guru dan mahasiswa Bahasa Indonesia serta umum, dandebat sastra merupakan acara yang tidak kalah menariknya untuk umum.

            Dan baru-baru ini Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau telah mengadakan acara Praktikum Sastra yang ke-25 yang bertemakan “ Kembangkan Sastra, Lestarikan Budaya, dan Lahirkan Karya”. Acara ini di resmikan oleh dekan FKIP UR Prof. Dr. H. M. Nur Mustafa, M.Pd. Selain itu di sana turut pula hadir wakil dekan III FKIP UR serta beberapa dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia lainnya.

            Antusias dan semangat yang di berikan oleh para peserta sebanyak 1.264 orang ini membuat acara ini memberikan dampak yang positif sehingga acara yang di adakan selama 6 hari ini berjalan dengan lancar.







Referensi:


Arif, M., al Husein, dkk. 2016.  Rumah Kita Antalogi Puisi dan Cerpen. Bandung: Pustaka A2








* Bagian tugas mata kuliah menulis kritik dan essai.