DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Kritik
sastra menggunakan pendekatan mimetik
Puisi yang berjudul Diponegoro ini
merupakan puisi karya dari Chairil Anwar yang muncul sekitar bulan Februari
tahun 1993. Dalam puisi ini Chairil Anwar sebagai pengarang ingin menumbuhkan
jiwa kepahlawanan bangsa Indonesia khususnya masyarakat yang ada di Jawa Tengah
dan Yogyakarya, Dikarenakan Chairil Anwar ini sangat mengagumi sosok pahlawan
yang bernama Pangeran Diponegoro. Beliau memiliki semangat perjuangan dalam
melawan pemerintahan Belanda di Indonesia waktu sebelum kemerdekaan terjadi
tepatnya tahun 1930.
Pangeran Diponegoro merupakan
seorang pangeran yang lahir pada 11 November 1785. Ia putra tertua dari Sultan
Hamengkubuwono III. Pangeran Diponegoro adalah seorang pemberani khususnya
dalam melawan pemerintahan Belanda yang ada di Indonesia saat itu. Beliau
terkenal gigih dan pantang menyerah dalam membela Indonesia.
Nah, dari kekanguman tersebutlah
munculnya sebuah inspirasi dalam menulis puisi yang berjudul Diponegoro ini,
yang dilukiskan oleh Chairil Anwar melalui beberapa baris dalam bait puisinya.
Bahkan keberanian Pangeran Diponegoro dalam melawan bangsa Belanda dilukiskan seakan-akan
Pangeran Diponegoro mengayun-ayunkan pedang di tangan kanan dan membawa sebilah
keris di tangan kirinya. Walaupun senjata yang di gunakan masih bersifat
tradisional namun dia tetap harus terus maju dengan semangat yang tak bisa
mati.
Adapun kelebihan dalam puisi
Diponegoro karya Chairil Anwar ini menggunakan pemilihan kata yang sederhana.
Meskipun sederhana tetapi kata yang digunakan merupakan kata-kata yang keras
dan tergolong kata tegas.
*Bagian tugas mata kuliah menulis kritik dan essai.