Kamis, 06 April 2017

Kritik Sastra dalam Kajian Mimetik Puisi Diponegoro karya Chairil Anwar



DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang

Kritik sastra menggunakan pendekatan mimetik
Puisi yang berjudul Diponegoro ini merupakan puisi karya dari Chairil Anwar yang muncul sekitar bulan Februari tahun 1993. Dalam puisi ini Chairil Anwar sebagai pengarang ingin menumbuhkan jiwa kepahlawanan bangsa Indonesia khususnya masyarakat yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarya, Dikarenakan Chairil Anwar ini sangat mengagumi sosok pahlawan yang bernama Pangeran Diponegoro. Beliau memiliki semangat perjuangan dalam melawan pemerintahan Belanda di Indonesia waktu sebelum kemerdekaan terjadi tepatnya tahun 1930.
Pangeran Diponegoro merupakan seorang pangeran yang lahir pada 11 November 1785. Ia putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III. Pangeran Diponegoro adalah seorang pemberani khususnya dalam melawan pemerintahan Belanda yang ada di Indonesia saat itu. Beliau terkenal gigih dan pantang menyerah dalam membela Indonesia.
Nah, dari kekanguman tersebutlah munculnya sebuah inspirasi dalam menulis puisi yang berjudul Diponegoro ini, yang dilukiskan oleh Chairil Anwar melalui beberapa baris dalam bait puisinya. Bahkan keberanian Pangeran Diponegoro dalam melawan bangsa Belanda dilukiskan seakan-akan Pangeran Diponegoro mengayun-ayunkan pedang di tangan kanan dan membawa sebilah keris di tangan kirinya. Walaupun senjata yang di gunakan masih bersifat tradisional namun dia tetap harus terus maju dengan semangat yang tak bisa mati.
Adapun kelebihan dalam puisi Diponegoro karya Chairil Anwar ini menggunakan pemilihan kata yang sederhana. Meskipun sederhana tetapi kata yang digunakan merupakan kata-kata yang keras dan tergolong kata tegas.


*Bagian tugas mata kuliah menulis kritik dan essai.